Nasib Leces Tunggu Menteri BUMN
Surat DPRD Probolinggo ke Menteri BUMN dua minggu lalu belum dibalas
PROBOLINGGO – Harapan sekitar 1.500 karyawan PT Kertas Leces (PT KL) untuk segera mendapatkan hak-hak normatif terutama tunggakan gaji 8 bulan terus menggantung. Bahkan DPRD Kabupaten Probolinggo yang sempat dicurhati karyawan PT KL masih menunggu jawaban Menteri BUMN, Dahlan Iskan.
“Kami sudah mengirim surat kepada Menteri BUMN terkait nasib karyawan PT Kertas Leces yang sudah 8 bulan tidak digaji dan hak-hak normatif lainnya,” ujar Ketua DPRD Kabupaten Probolinggo, Ahmad Badawi, Rabu (9/10).
Namun surat berkop DPRD Kabupaten Probolinggo yang dikirimkan ke Kementerian BUMN di Jakarta sekitar dua minggu lalu itu belum juga dibalas. “Melalui surat tersebut, kami bermaksud menemui Pak Dahlan Iskan. Tidak mungkin kami langsung datang ke Jakarta kalau surat belum dijawab,” ujar Memed, panggilan akrab Ahmad Badawi.
Dikatakan masalah nasib karyawan PT KL merupakan agenda mendesak yang harus secepatnya diselesaikan. “Masalah ini menyangkut kebutuhan perut ribuan karyawan dan anggota keluarganya,” ujar politisi PKB itu.
Ditanya soal pernyataan Dahlan, yang menyerahkan nasib karyawan pabrik kertas di Desa Leces, Kecamatan Leces itu kepada managemen PT KL, Memed mengaku, sudah mengetahuinya melalui media. “Menteri BUMN tetap kami desak agar mau cawe-cawe (terlibat, Red.) menyelesaikan masalah di PT KL,” ujarnya.
Apalagi berkali-kali Dirut PT KL, Budi Kusmarwoto mengatakan agar karyawan lebih bersabar. “Kami minta karyawan lebih bersabar soalnya PT KL terus merugi sejak 2005 lalu, hingga kini pun masih merugi,” ujar Budi setiap kali menanggapi pengaduan karyawan.
Bahkan Budi mengaku, perusahaan masih memiliki utang sekitar Rp 200 miliar. Termasuk utang kepada karyawan sekitar Rp 32,8 miliar.
Terkait tunggakan gaji karyawan, Budi pun enggan memberikan janji. “Saya tidak suka mengumbar janji. Yang jelas hingga kini perusahaan belum bisa memenuhi hak-hak karyawan termasuk gaji,” ujarnya.
Menyikapi kondisi perusahaan PT KL seperti itu, DPRD pun butuh ketegasan dari Menteri BUMN terkait nasib PT KL. “Kami berharap Menteri BUMN memberikan ketegasan, sebaiknya PT Kertas Leces itu diapakan, lebih baik ditutup atau dilanjut,” ujar Memed.
Terkait hak-hak normatif karyawan yang belum dipenuhi managemen pabrik kertas BUMN tertua di Indonesia setelah PT Kertas Padalarang, Bandung itu, para karyawan berkali-kali ngeluruk kantor Direksi PT KL, juga berdemonstrasi ke kantor Disnakertrans dan DPRD Kabupaten Probolinggo.
Selasa (10/9) lalu misalnya, ratusan karyawan ngeluruk kantor Direksi PT KL. Mereka mengemukakan sedikitnya 7 tuntutan salah satunya, gaji yang 8 bulan belum dibayar.
Aksi karyawan belum selesai. Senin (30/9) lalu, ratusan karyawan ngeluruk kantor Direksi PT KL dan kantor Koperasi Karyawan Keluarga Besar Kertas Leces (K4L). Kantor K4L menjadi sasaran karena koperasi karyawan itu diharapkan bisa ikut memperingan beban ekonomi para anggotanya.
“Ternyata koperasi karyawan juga telah dikebiri oleh perusahaan sehingga kinerjanya tidak optimal lagi,” ujar Abdul Manaf, salah seorang anggota K4L. Sebelumnya K4L menjadi tumpuan para karyawan jika membutuhkan sembako. Mereka cukup mengambil barang di koperasi dengan pembayaran setelah gaji cair.
“Sekarang kalau butuh sembako, harus beli secara tunai, tidak bisa lagi pinjam bayar di belakang hari,” ujarnya.
Pengurus K4L pun berterus terang mengatakan, koperasi tidak punya modal lagi sehingga tidak bisa melayani pinjaman anggotanya. “Ternyata koperasi tidak punya modal lagi. Gaji karyawan yang setiap bulan dipotong perusahaan dengan dalih untuk simpanan wajib anggota, ternyata tidak pernah masuk ke koperasi,” ujar Kholili, perwakilan karyawan.
Lebih parah lagi, kata Kholili, pengurus koperasi berterus terang, PT KL meminjam kas koperasi karyawan sekitar Rp 18 miliar untuk operasional pabrik kertas di Desa Leces, Kecamatan Leces itu. ”Belum cukup, PT KL juga menggadaikan SBPU milik koperasi di Desa Clarak, Kecamatan Leces senilai Rp 5 miliar,” ujarnya. isa
***
Dahlan Iskan: Hidupkan Leces Butuh Kesabaran Ekstra
JAKARTA – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengaku membutuhkan kesabaran ekstra untuk kembali menghidupkan pabrik kertas PT Kertas Leces. Selain kondisi PT Kertas Leces yang saat ini sudah seperti mayat hidup, dunia saat ini juga sudah mengurangi produksi kertas dalam kehidupan keseharian.
“Revitalisasi Kertas Leces lebih sulit dibandingkan yang lain. PT Industri Kapal Indoneisa (IKI) bisa diselesaikan, kertas leces jenis industri senja. Menangani Kertas Leces harus sabar, kalau nggak sabar saya ikut saja,” katanya saat ditemui wartawan di Gedung Parlemen Senayan Jakarta, Kamis (10/10).
Kendati prospek kebangkitannya suram, namun orang nomor satu di Kementerian BUMN ini enggan menutup langsung perusahaan kertas tersebut. Dirinya menilai setidaknya membutuhkan waktu 3 tahun apabila memang berniat untuk bisa membangkitkannya lagi.
“Keputusan lama kan dimatikan. Karyawan harus berkorban, gaji kurang lancar. Keputusan lama memang harus ditutup. Saya tidak menginginkan ditutup, tapi tidak mudah, ini coba dihidupkan untuk menghidupkan kertas uang. Butuh 2-3 tahun, belum tentu orang sabar,” terang dia.
Dari penelusuran koran ini, PT Kertas Leces merupakan perusahaan berbentuk BUMN yang berkedudukan di Leces, Probolinggo yang bergerak di bidang produksi kertas.
Selain itu, PT Kertas Leces juga merupakan pabrik kertas tertua nomor dua di Indonesia setelah pabrik kertas Padalarang. Dimana selain mampu memproduksi kertas berbagai jenis, pabrik ini juga telah dapat memproduksi kertas dengan memanfaatkan kertas daur ulang.
Sejak Mei 2010, pabrik ini terpaksa berhenti beroperasi. Salah satu alasannya yakni karena Perusahaan Gas Negara (PGN) menghentikan pasokan gasnya, lantaran PT Kertas Leces menunggak utang sebesar Rp 41 miliar.
Namun terhitung sejak 4 Juni 2012, PT Kertas Leces kembali beroperasi dengan menggunakan bahan yang masih tersisa di pabrik. (sar/medcen/ndy)
sumeks.co.id
erhitung sejak Mei 2010, Kertas Leces berhenti beroperasi. Alasan dari pemberhentian operasi ini adalah karena Perusahaan Gas Negara (PGN) menghentikan pasokan gasnya, lantaran Kertas Leces sudah menunggak utang sebesar Rp41 miliar. Terhitung sejak 4 Juni 2012, Kertas Leces mulai beroperasi kembali. Hal ini disampaikan sendiri oleh Direktur Utama Kertas Leces, Budi Kusmarwoto. Dengan bahan yang masih tersisa di pabrik, PTKL akan memproduksi kertas jenis Medium Liner, Kertas HVS untuk buku tulis, dan Kertas Tissue, MG Paper, dengan proyeksi jumlah produksi ± 5.000 Ton/bulan
erhitung sejak Mei 2010, Kertas Leces berhenti beroperasi. Alasan dari pemberhentian operasi ini adalah karena Perusahaan Gas Negara (PGN) menghentikan pasokan gasnya, lantaran Kertas Leces sudah menunggak utang sebesar Rp41 miliar. Terhitung sejak 4 Juni 2012, Kertas Leces mulai beroperasi kembali. Hal ini disampaikan sendiri oleh Direktur Utama Kertas Leces, Budi Kusmarwoto. Dengan bahan yang masih tersisa di pabrik, PTKL akan memproduksi kertas jenis Medium Liner, Kertas HVS untuk buku tulis, dan Kertas Tissue, MG Paper, dengan proyeksi jumlah produksi ± 5.000 Ton/bulan